Senin, 29 April 2013

Tulisan 3 (Coping Stress)

  • Pengertian Coping
Coping berasal dari kata coping yang bermakna harfiah pengatasan/penanggulangan (to cope with = mengatasi, menanggulangi). Coping itu sendiri dimaknai sebagai apa yang di lakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan/luka/kehilangan/ ancaman. Jadi coping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi. Coping adalah sebuah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. apabila mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi  terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar,2010).
  • Jenis-jenis Coping
1.    Emotional focus Coping
Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan ini melalaui perilaku individu, seperti: penggunaan alcohol, bagaimana meniadakan fakta - fakta yang tidak menyenangkan, melalui strategi kognitif. Bila individu tidak mampu  mengubah kondisi yang ‘stresfull’ individu akan cenderung untuk  mengatur emosinya.
2.    Problem focus Coping
Digunakan untuk mengurangi stressor, individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini, bila yakin akan dapat menubah situasi. Coping dibagi dua bagian, yaitu memfokuskan pada pemecahan masalah dan memfokuskan pada emosi.
  • Jenis-Jenis Coping yang Konstruktif dan Positif
1. Coping yang konstruktif
  • Escape
  • Accepteance
  • Avoidance
  • Avoidant coping
2. Coping yang positif 
  • Active coping
  • Problem solving focused coping
  • Distancing
  • Planful problem solving
  • Positive reappraisal
  • Self control
  • Emotion focused coping
  • Seeking social support
  • Positive reinterpretation   
Sumber:
Basuki,A.M Heru.2008.Psikologi Umum.Jakarta:Universitas Gunadarma
http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-coping-stress.html
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002.

Tulisan 2 (stress)


  • Pengertian Stress
Hans Seyle adalah orang yang dianggap memberikan sumbangan paling besar dalam bidang stress pada tahun 1936 dengan dikenalnya istilah General Adaption Syndrome (GAS). Menurutnya ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf simpatetik. Tanpa memperhatikan penyebab dari ancaman, individu akan merespon dengan pola reaksi fisiologis yang sama (non-specific response). Selebihnya, dengan mengulangi atau memperpanjang stress, sehingga akan melicinkan dan mematahkan sistem (wear and tear of the system). J.P. Chaplin dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan stress sebagai satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Hal senada diungkapkan dalam Atkinson (1983), stress terjadi ketika orang dia\hadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya. Menurut Lazarus 1999 “Stres adalah rasa cema atau terancam yang timbul ketika kita menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai.jadi, Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Faktor-faktor individual dan sosial yang menjadi penyebab stress:
Faktor Internal:
1)    Keturunan (Hereditary)
2)    Kepribadian (Personality Trait)
3)    Sistem Kepercayaan (Belief System)
4)   Pengalaman Masa Lalu (Past Experience) 
Faktor Eksternal
1.      Faktor Lingkungan (Environmental Factor) 
2.      Faktor Sosial (Social Factor) 
3.      Faktor Lembaga (Institutional Factor) 
4.      Peristiwa Besar (Major Life Events)
 
  • Tipe-tipe Stress
1.      Tekanan (pressures)
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu.Secara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari  dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya.Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peranyang harus dijalani seseorang, atau juga dpat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.
2.      Frustasi
Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya  timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.
3.      Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan. 
  • Mekanisme Pertahanan Diri dan Strategi Coping
1.    Menghilangkan stres mekanisme pertahanan, dan penanganan yang berfokus pada masalah
Menurut Lazarus penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
  • Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
  • Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
2.    Strategi penanganan stres dengan mendekat dan menghindar:
  • strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung
  • strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress
3.    Berpikir positif dan self-efficacy
Menurut Bandura self-efficacy adalah sikap optimis yang memberikan perasaan dapat mengendalikan lingkungannya sendiri.
 
sumber:
http://naypsikosa.wordpress.com/2012/04/21/apa-yang-anda-ketahui-tentang-stress/ http://khaayurika.blogspot.com/2012_04_01_archive.html 
  

Tulisan 1 (Teori-Teori Kepribadian Sehat)

1. Teori Kepribadian Sehat
  • Allport 
Pandangan-pandangan pribadi dan profesional dari Allport berbeda dengan pandangan-pandangan Freud dan gambaran kodrat manusia yang diutarakan Allport adalah positif. Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar – kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Menurut Allport, individu-individu yang sehat dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada tingkat rasional dan sadar. 
Allport mengemukakan tujuh kriteria kematangan, yaitu:
1. Perluasan Perasaan Diri
Dalam pandangan Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu. Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia akan sehat secara psikologis. Allport mengemukakan hal ini “partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”, maksudnya orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.Perasaan partisipasi otentik ini dicontohkan dengan hubungan kita dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran, dan keanggotaan kita dalam politik dan agama.
2. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Ada pebedaan antara hubungan cinta dari orang-orang yang neurotis dengan hubungan cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat. Orang-orang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila mereka member cinta, maka cinta itu diberikan dengan syarat dan kewajiban yang tidak bersifat timbal balik.
3. Keamanan Emosional
Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari ada mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan tanpa menyerah secara pasif pada kelemahan dan kekurangan tersebut. Misalnya, orang-orang yang matang dapat menerima dorongan seks mereka tanpa menjadi terlalu sopan atau tertekan seperti yang dapat terjadi dengan orang-orang yang neurotis.Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran; mereka tidak menyerahkan diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara-cara yang berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau tujuan-tujuan substitusi.Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan-perasaan tidak aman dan ketakutan-ketakutan, tetapi mereka merasa kurang terancam dan dapat menanggulangi perasaan-perasaan tersebut lebih baik daripada orang-orang yang neurotis.
4. Persepsi Realistis 
 Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas 
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang memiliki keterampilan-keterampilan menjadi neurotis. Akan tetapi tidak mungkin menemukan orang-orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan keterampilan mereka pada pekerjaan mereka. Komitmen dalam orang-orang yang sehat ini begitu kuat sehingga mereka sanggup menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan (seperti kebanggaan) ketika mereka terbenam dalam pekerjaan mereka. 
6. Pemahaman Diri  
Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang hubungan/perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. 
7. Filsafat Hidup yang Mempersatukan 
llport menyebut dorongan yang mempersatukan ini “arah” (direct-ness), dan lebih kelihatan pada kepribadian-kepribadian yang sehat daripada orang-orang yang neurotis. Arah itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan (atau rangkaian tujuan) serta memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup.  Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Seorang individu dapat memilih di antara berbagai nilai-nilai itu mungkin berhubungan dengan diri sendiri (seperti kebanggan atas hasil dari pekerjaan yang dilakukan individu) atau mungkin nilai-nilai luas dan dimiliki oleh banyak orang lain (seperti patriotisme).  Suara hati ikut juga berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan.

  • Carl R. Rogers
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu. Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu.  
Self adalah apa yang manusia rasakan di dalam dirinya. Di dalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan reality self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual. Individu yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh.  
Self mempunyai bermacam-macam sifat :
1. self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.   
2. self mungkin mengintergrasikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar.  
3. self mengejar konsistensi (keutuhan atau kesatuan, keselarasan).  
4 organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self. 
5. pengalaman-pengalaman yang tidak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman. 
6.  self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.  
  • Maslow (Hirarki Kebutuhan)
Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi sebagai berikut:
1. kebutuhan fisiologis : kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.

2. Kebutuhan akan rasa aman : mencakup antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka panjang.

3. Kebutuhan kasih sayang : mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup.

4. Kebutuhan akan penghargaan : mencakup faktor penghormatan internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri : mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu.
  • Erich Fromm 
Fromm mengemukakan lima kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan. 
  1. Hubungan 
Manusia menyadari hilangnya ikatan utama dengan alam dan dengan satu sama lain. Kita mengetahui bahwa kita masing-masing terpisah, sendirian, dan tak berdaya. Sebagai akibatnya, kita harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang-orang lain, kita harus menemukan suatu perasaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan ikatan-ikatan kita yang hilang dengan alam. Fromm percaya bahwa pemuasan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang-orang lain ini sangat penting untuk kesehatan psikologis. 
2. Transendensi
Orang membutuhkan peningkatan diri, berjuang untuk mengatasi sifat fasif dikuasai alam menjadi aktif, bertujuan dan bebas, berubah dari makhluk ciptaan menjadi pencipta. Seperti menjadi keterhubungan, transendensi bisa positif (menciptakan sesuatu) atau negatif (menghancurkan sesuatu).
3.  Berakar 
Menurut Fromm, cara yang yang positif adalah dengan membangun perasaaan persaudaraan dengan sesama umat manusia, yaitu dalam masyarakat.
4.  Perasaan Identitas
Dasar ideal krangka orientasi adalah pikiran, yaitu sarana yang digunakan seseorang untuk mengembangkan gambaran realistis dan objektif tentang dunia.

Sumber:
Feist, J. & Feist, G. J. (2008). Theories of Personality, Edisi keenam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Schultz,Duane.1991.Psikologi Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat.Yogyakarta:Kanisius