Senin, 10 Juni 2013

Tulisan 2 (Hubungan Interpersonal)

Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar kebermaknaan dari komunikasi tersebut.  Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
A.   Model-model  Hubungan Interpersonal
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal, yaitu :
1. Model Pertukaran Sosial
Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efekefek tidak menyenangkan.
2. Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat.
3. Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.
B.    Tahap Hubungan Interpersonal
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1.      Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada 7 kategori, yaitu:
            a) informasi demografis
b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek)
c) rencana yang akan dating
d) kepribadian
e) perilaku pada masa lalu;
f) orang lain
g) hobi dan minat.
2.  Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a)       keakraban
keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang.
b)       respon yang tepat
dimana  respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka  hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respon yang tidak tepat.
c)        nada emosional yang tepat.
keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung.

3.    Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada 5 sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a.  Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai  yang mereka anut.
C. Intimasi dan hubungan pribadi
Menurut Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadimmasing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama. Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
Keintiman (intimacy) sangat berkaitan dengan derajat kecintaan, kepercayaan, kepuasan, tanggung jawab dan pengertian pasangan dalam hubungan yang dekat (intim). Keintiman  juga  memberikan sumbangan besar dalam memenuhi kebutuhan individu dan keintiman itu pun memberikan efek positif pada kebaikan pasangan dalam suatu hubungan pertemanan (Prager & Buhrmester).
Untuk menjalin hubungan pribadi diperlukan adanya intimasi. Cinta interpersonal membutuhkan tiga hal: Intimacy, Passion, dan Commitment. Keberasamaan yang menciptakan intimacy dan kenyamanan ini adalah sebuah wujud awal dari cinta yang sering disebut sebagai persahabatan atau pertemanan (Liking/Friendship). Proses pendekatan itu proses dimana kebersamaan yang menciptakan intimacy dan kenyamanan yang merupakan wujud awal cinta. Jika intimacy, Passion, dan Commitment terpenuhi, maka sebuah hubungan akan menjadi sempurna karena diliputi oleh cinta yang menyeluruh (Consummate Love). Namun, keadaan yang penuh cinta yang menyeluruh ini bisa berlangsung selamanya dan bisa juga tidak. Ketika Intimacy yang hilang, maka yang terjadi adalah cinta absurd (Fatuous Love).
Cinta absurd adalah cinta yang bersandar pada Passion dan Commitment. seperti mempertahankan pernikahan atau berpacaran karena teman, orangtua, usia, dan motivasi dari luar lainnya.
D.   Intimasi dan pertumbuhan
Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Kemudian, Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
·      kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
·      kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
·         kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang    rahasia.
·         kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup.
·         kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus .
Referensi :

Nama: Anggi Effry Liqwiyanti
NPM: 10511885
Kelas: 2PA01


Tidak ada komentar:

Posting Komentar