Nama
saya Anggi Effry Liqwiyanti, saya biasa dipanggil Anggi atau Bote oleh
teman-teman saya. Saya berjenis kelamin Perempuan dan lahir pada tanggal 19 Mei
1994. Saat ini saya berumur 19 tahun dan agama saya Islam. Saya adalah anak
pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Nur Kholiq dan Ibu Lenny
Widiyanti. Kami tinggal di Jl. Madrasah Tanah Koja No. 30 Rt. 007/02 Duri
Kosambi Cengkareng Jakarta Barat.
Saya
pertama kali memasuki jenjang pendidikan sekitar tahun 1998 ketika usia saya 4
tahun, saya bersekolah TK (di salah satu TK di Bali) hanya sampai kelas 0 kecil
karena teman-teman saya sudah masuk SD semua (yang notabene mereka memang lebih
tua setahun diatas saya) akhirnya papa saya bertanya pada Guru TK saya apakah
saya bisa langsung masuk SD tanpa harus 0 besar terlebih dahulu, Guru TK saya
menyarankan agar saya mengikuti tes masuk SD dan akhirnya saya pun lolos tes
dan menjadi siswi SD dengan ketika umur 5 tahun 5 bulan. Pada tahun 1999 saya
melanjutkan pendidikan di SDN 03 Denpasar dan pada kelas 3 semester akhir saya
pindah ke SDN 06 Pagi Duri Kosambi Jakarta, lulus SD saya melanjutkan jenjang
pendidikan ke SMPN 176 Jakarta dan setelah lulus SMP saya melanjutkan ke SMAN
84 Jakarta. Setelah lulus masa 12 tahun pendidikan, saya melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu jenjang perguruan tinggi di Universitas
Gunadarma dan mengambil jurusan Psikologi.
Ketika saya berusia 4 tahun, adik perempuan
pertama saya lahir. Kelahirannya membuat saya merasa kurang diperhatikan oleh
orang tua saya bahkan saya pernah hampir mendorong kereta bayinya ke dekat
selokan rumah kami. Ketika saya berusia 7 tahun saya berlibur seorang diri ke
Jakarta (ke rumah nenek dan kakek saya) tapi ternyata kakek saya meninggal dan
akhirnya membuat keluarga saya harus pindah ke Jakarta untuk menemani nenek
saya yang seorang diri dan jauh dari anak-anaknya yang lain. Ketika saya
berusia 9 tahun adik bungsu saya lahir, saat itu saya tidak ambil pusing ketika
punya adik lagi karena sudah tidak sekaget ketika punya adik pertama kali.
Saya
adalah anak yang paling dekat dengan papa saya dibanding adik-adik saya,
mungkin karena papa saya lebih sering menerapkan aturan-aturan ketatnya kepada
saya walaupun tidak sekeras orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter.
Saya
pribadi yang cenderung tomboy untuk ukuran anak perempuan seusia saya, saya
lebih suka menyaksikan pertandingan sepak bola dan terkadang ikut bermain untuk
mengisi waktu senggang, saya cenderung nyaman bermain dan berbicara blak-blakan
dengan teman pria, dan saya jarang sekali memperhatikan penampilan di saat
teman sebaya saya sibuk berlama-lama di depan cermin. Hal-hal tersebut terjadi
karena dari kecil teman-teman saya kebanyakaan berjenis kelamin laki-laki dan ketika
saya lahir bertepatan dengan digelarnya pertandingan sepak bola antar negara
yang diadakan 4 tahun sekali “World Cup” sehingga
saya yang masih bayi dan suka terbangun malam hari diajak menyaksikan
pertandingan-pertandingan tersebut sehingga terbawa sampai sekarang.
Dibalik
penampilan saya yang ceria, blak-blakan dan supel diantara teman-teman saya,
saya termasuk seseorang yang susah bersosialisasi dengan teman-teman baru. Saya
cenderung menyendiri dan menjauh dari kerumunan ketika saya baru pertama kali
berada dalam lingkungan tersebut, sebagian orang yang baru pertama kali melihat
dan mengenal saya pasti mengatakan saya seorang pribadi yang galak, jutek, dan
sombong. Mereka menarik kesimpulan seperti itu karena melihat dari garis muka
saya yang menggambarkan saya seorang yang jutek dan angkuh padahal saya diam
dan menyendiri karena saya masih belum bisa bersosialisasi dengan lingkungan
baru. Saya juga tipe orang yang moodyan, apabila mood saya sudah berantakan
saya akan diam dan memasang muka yang terlihat jelas kalau saya sedang emosi
hal tersebut yang terkadang membuat teman saya merasa bahwa saya sedang marah
pada mereka. Saya selalu menjadi tempat curhat teman-teman saya tapi anehnya
saya tidak mudah untuk menceritakan kegundahan maupun kegembiraan saya kepada
teman-teman saya, saya lebih senang menyimpannya sendiri.
Saya
memiliki phobia terhadap binatang anjing dan kecoa yang diakibatkan oleh
pengalaman tidak mengenakan ketika kanak-kanak. Phobia anjing saya bermula saat
usia saya 6 tahun, saya sedang berkunjung ke rumah saudara saya dan saya
digigit oleh anjing peliharaan sodara saya. Mulai saat itu, saya takut dan
cemas ketika melihat anjing dan ketika mendengar gonggongannya. Sebenarnya
phobia ini sempat sembuh tetapi kambuh kembali ketika saya berusia 14 tahun, berawal dari saya hendak mengantarkan
tugas ke rumah guru saya yang memelihara anjing lebih dari 1 ekor dan
ganas-ganas, ketika saya turun dari motor, saya digonggongin terus menerus dan
mereka tidak luput melihat saya walau sedetikpun, dari kejadian tersebut saya
phobia anjing kembali tetapi tidak separah ketika saya masih kecil karena jika
sekarang hanya mendengar gonggongannya saja saya tidak merasa takut ataupun
cemas kecuali melihat anjing secara langsung barulah saya cemas dan takut. Lain
lagi dengan phobia saya yang satunya yaitu phobia kecoa, untuk sebagian orang
kecoa hanyalah binatang kecil yang gampang dimusnahkan namun bagi saya kecoa
adalah binatang paling menjijikan dan susah dimusnahkan. Saya akan histeris dan
cemas ketika berada berdekatan dengan kecoa, bahkan saya bisa keluar ruangan
yang ada kecoanya sampai kecoa tersebut dimusnahkan baru saya akan masuk
kembali tapi selama kecoa tersebut tidak keluar dari ruangan tersebut maka saya
juga tidak akan pernah masuk ke ruangan tersebut termasuk jika itu kamar saya.
Phobia ini disebabkan ketika saya berumur 8 tahun, saya diminta membelikan
sesuatu oleh ibu saya disebuah warung dan ketika saya sedang membelikan pesanan
ibu saya tiba-tiba ada sesuatu yang berjalan di betis saya begitu saya lihat
ternyata itu kecoa dan tiba-tiba sekeliling saya dipenuhi kecoa yang keluar
dari selokan. Sejak itu saya geli setiap melihat kecoa, bahkan yang sudah mati
sekalipun.
Saya suka bergabung
dengan suatu organisasi karena disamping saya dapat menambah pengetahuan, saya
juga mulai dapat mengurangi keterbatasan bersosialisasi dengan lingkungan dan
teman-teman baru. Saya banyak mendapat teman-teman baru dari seluruh pelosok
negri karena berkenalan ketika ada event ataupun berkenalan melalui jejaring
sosial. Terkadang saya lebih cepat akrab dengan seseorang melalui jejaring
sosial karena lebih nyaman ketika untuk perkenalan pertama tanpa tatap muka
namun ketika bertemu secara langsung dengan orangnya pasti saya tetap kikuk
untuk beberapa saat tapi ketika perasaan nyaman sudah melingkupi saya maka saya
akan bisa gila-gilaan bersama orang tersebut.
Nama : Anggi Effry Liqwiyanti
NPM : 10511885
Kelas : 3PA01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar