KONSEP SEHAT
Kesehatan mental sering juga disebut
mental health atau mental hygine. Ilmu kesehatan
mental berkait erat dengan terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit
kejiwaan. Awal kemunculaan penelitian ini
adalah adanya keluhan dari individu maupun masyarakat sekitar. Pengertian
klasik tentang kesehatan mental ini mengandung
arti yang sangat sempit, karena kajian kesehatan mental hanya diperuntukan bagi
orang yang mengalami gangguan dan penyakit jiwa saja.
Sebagai
makhluk hidup manusia memiliki kesamaan dengan makhluk hidup lainnya, yakni
lahir, tumbuh, berkembang mengalami dinamika stabil-labil, sehat-sakit,
normal-abnormal, dan berakhir dengan kematian. Manusia selalu ingin sehat
tetapi tanpa disadari mereka bergaya hidup tidak sehat yang dampaknya akan
dirasakan dibeberapa tahun kemudian. Sehari-hari kita sering menggunakan
istilah “sehat wal afiat” untuk
menyebut kondisi kesehatan kita yang prima, tetapi jika kita merujuk kepada
istilah “as shihhah wa al ‘afiyah”
disitu ada dua dimensi pengertian. Kata ‘sehat’ merujuk kepada fungsi,
sedangkan kata ‘afiat’ merujuk kepada kesesuaian dengan maksud penciptaan. Mata
yang sehat adalah mata yang dapat digunakan untuk melihat tanpa menggunakan
alat bantu, sedangkan mata yang afiat adalah mata yang tidak dapat digunakan
untuk melihat sesuatu yang dilarang untuk melihatnya, seperti mengintip orang
yang sedang mandi. Karena maksud Tuhan menciptakan mata adalah untuk melihat
sebagai penunjuk kebenaran bukan sebagai melihat sesuatu yang salah (Zulkifli
Yunus, 1994:57).
Kita bukan hanya mengenal kesehatan tubuh tapi
juga mengenal kesehatan mental dan bahkan kesehatan masyarakat. Namun saat ini di negara kita masyarakatnya tidak sedang
dalam keadaan sehat wal afiat. Jika kita sakit gigi maka kita akan pergi ke
dokter gigi, jika kita sakit perut maka kita akan pergi ke dokter penyakit
dalam. Masalahnya adalah ada orang yang secara fisik ia sehat namun ia
mengalami gangguan sehingga fisiknya pun tidak berfungsi. Secara medis ia sehat, tetapi ia merasa tidak sehat, sehingga ia
tidak bisa berpikir, tidak bisa konsentrasi, dan tidak bisa tidur. Sering
kita mendengar ungkapan bahwa orang itu yang tepenting adalah hatinya dan
jiwanya. Dalam perspektif ini, hakikat manusia adalah jiwanya. Orang gila
secara fisik adalah manusia, tetapi ia sudah tidak diperhitungkan karena jiwanya
sakit (sudah tidak berfungsi). Orang gila tidak menyadari sakitnya, namun orang
yang mengalami gangguan kejiwaan dapat menyadari bahwa jiwanya terganggu. Orang
gila tidak dapat berpikir mengenai dirinya, namun orang yang terganggu
kejiwaannya justru selalu berpikir dan bertanya mengapa jiwanya terganggu. Dari
ini, maka kita mengenal ada rumah sakit umum, rumah sakit jiwa dan lembaga
bimbingan mental atau konseling (El Qudsy, 1989: 45). Sumber:
Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press.
SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL
Secara umum, secara historis kajian kesehatan mental terbagi menjadi dalam dua
periode yaitu periode pra-ilmiah dan periode ilmiah (Langgulung, 1986: 23).
- Periode Pra-Ilmiah
Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian
atau mental telah muncul dalam konsep primitif animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau
dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Untuk menghindari kemarahannya, maka
mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan korban.
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme
terjadi pada zaman Hipocrates
(460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam
pengobantan, yaitu dengan menggunakan pendekatan naturalisme, suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental
atu fisik itu merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh,
dewa, setan, atau hantu. “Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan
menemukan otak yang basah, dan memicu bau yang amis, akan tetapi anda tidak
akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda”. Ide naturalistic ini kemudian dikembangkan
oleh Galen, seorang tabib dalam pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan
naturalistic ini tidak dipergunakan lagi dikalangan orang-orang Kristen. Seorang
dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan
sosial untuk memecahkan problem penyakit mental. Di rumah sakit ini, para
pasiennya (yang maniak) dirantai,
diikat di tembok dan di tempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20
tahun atau lebih, dan mereka dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di
sekitar rumah sakit. Akhirnya di antara mereka banyak yang berhasil, mereka
tidak lagi menunjukkan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya
sendiri.
- Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan
gangguan mental, animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang
rasional (ilmiah), terjadi saat berkembangnya psikologi
abnormal dan psikiatri di AS, yaitu pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813)
menjadi anggota staf medis di rumah sakit Penisylvania. Pada waktu itu sedikit
sekali pengetahuan tentang penyakit kejiwaan. Perkambangan psikologi abnormal
dan psikiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya mental
hygiene yang berkembang menjadi body
of knowledge dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para
ahli, Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Pada
tahun 1900-1909, beberapa
organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene Association (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene
berkat jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943).
Beers menyakini bahwa penyakit atau
gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan. Program Beers ini ternyata
mendapat banyak respon dan akhirnya Beers dinobatkan sebagai “The
Founder of The Mental Hygiene Movement”. Pada tahun 1908 Beers mempublikasikan outobiografinya
berjudul A Mind That Found Itself. Dengan
ramainya pembicaraan tentang gerakaan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai gerakan Beers dengan nama
“Mental Hygiene”. Tahun 1908
organisasi pertama didirikan dengan nama Connectievt
Society For Mental Hygiene. Tanggal 19 Februari 1909 didirikan National Commitye Society for Mental Hygiene,
disini Beers diangkat sebagai sekertarisnya. Tujuan organisasi National Commitye Society for Mental Hygiene
adalah : melindungi, menyusun perawatan, meningkatkan studi menyebarkan pengetahuan
dan mengkoordinasikan lembaga-lembaga untuk pasien gangguan mental. Setelah
berpuluh-puluh tahun, tanggal 3 Juli 1946, Presiden Amerika Serikat menandatangani “The National Mental Health Act”. Selanjutnya
Pada tahun 1950 berdiri
National Association for Mental Health,
bekerjasama dengan tiga organisasi, yaitu National
Commite for Mental Hygiene, National Mental Health Foundation. Dan
akhirnya pada tahun
1075 di Amerika Serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan
mental. Dibelahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui World Federation for Mental Health dan World
Health Organization.
Sumber: Rochman, Kholil Lur.
2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar
Media Press.
Pendekatan Kesehatan Mental
- Orientasi Klasik: Seseorang dianggap sehat bila ia tidak memiliki keluhan seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri, atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta menggangu efisiensi kegiatan sehari-hari.
- Orientasi Penyesuaian Diri: Seseorang dianggap sehat mental bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain dan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain apabila ia bisa bersosialisasi dengan lingkungan maka ia dianggap memiliki mental yang sehat.
- Orientasi Pengembangan Potensi: Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan tentu dirinya sendiri. Mental seseorang dikatakan sehat apabila ia bisa menciptakan atau memikirkan berbagai hal baru yang nantinya dapat dikembangkan oleh dirinya sendiri maupun orang lain.
Sumber: Rochman,
Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar